KEANEKARAGAMAN
BANGSA INDONESIA
PENDAHULUAN
Perbedaan adalah sesuatu yang alami
dan wajar. Pernahkah kalian mengamati tentang sekeliling kalian? Adakah
perbedaan atau persamaan di antara kalian dan teman yang lain? Dalam satu
kelas, mungkin ada anak yang berambut keriting, berkulit putih, cokelat atau
hitam. Perbedaan warna kulit atau bentuk fisik jangan dijadikan sumber
perpecahan. Indonesia adalah negara yang kaya akan ragam budaya dan suku
bangsa. Dalam setiap suku bangsa terdapat
kebudayaan yang berbeda-beda.selain itu masing-masing suku juga memiliki norma
sosial yang mengikat masyarakat di dalamnya agar taat dan melakukan segala yang
tertera didalamnya. Setiap suku bangsa di indonesia memiliki norma-norma sosial
yang berbeda-beda.
PEMBAHASAN
1.
BENTUK
KERAGAMAN BUDAYA BANGSA INDONESIA
Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “buddhayah”
yang merupakan bentuk jamak dari ‘buddhi” (budi atau akal). Kebudayaan
diartikan sebagai hal –hal yang berkaitan dengan budi dan akal. Sedang dalam
bahasa Inggris, kebudayaan dikenal dengan istilah culture yang berasal dari
bahasa Latin “colere”, yaitu mengolah, mengerjakan tanah, membalik tanah atau
diartikan bertani.
Budaya memiliki sifat universal, artinya terdapat
sifat-sifat umum yang melekat pada setiap budaya, kapan pun dan dimanapun
budaya itu berada. Adapun sifat itu adalah
A.
Kebudayaan adalah milik bersama.
B.
Kebudayaan merupakan hasil belajar.
C.
Kebudayaan didasarkan pada lambang.
D.
Kebudayaan terintegrasi.
E.
Kebudayaan dapat disesuaikan.
F.
Kebudayaan selalu berubah.
G.
Kebudayaan bersifat nisbi (relatif).
Dalam kebudayaan juga terdapat pola-pola perilaku (pattern
of behavior) yang merupakan cara-cara masyarakat bertindak atau berkelakuan
yang harus diikuti oleh semua anggota masyarakat tersebut. Adapun
subtansi atau isi utama budaya adalah:.
A.
Sistem pengetahuan, berisi
pengetahuan tentang alam sekitar, flora dan fauna sekitar tempat tinggal,
zat-zat bahan mentah dan benda-benda dalam lingkungannya, tubuh manusia,
sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia serta ruang dan waktu. .
B.
Sistem nilai budaya, adalah sesuatu
yang dianggap bernilai dalam hidup.
C.
Kepercayaan, inti kepercayaan itu
adalah usaha untuk tetap memelihara hubungan dengan mereka yang sudah
meninggal.
D.
Persepsi, yaitu cara pandang dari
individu atau kelompok masyarakat tentang suatu permasalahan.
E.
Pandangan hidup, yaitu nilai-nilai
yang dipilih secara selektif oleh masyarakat. Pandangan hidup dapat berasal
dari norma agama (dogma), ideologi negara atau renungan atau falsafah hidup
individu.
F.
Etos budaya, yaitu watak khas dari
suatu budaya yang tampak dari luar
2.
PERSEBARAN SUKU BANGSA DI INDONESIA
Suku bangsa adalah bagian dari suatu bangsa. Suku bangsa
mempunyai ciri-ciri mendasar tertentu. Ciri-ciri itu biasanya berkaita dengan
asal-usul dan kebudayaan.
Ada beberapa ciri yang dapat digunakan untuk mengenal suatu
suku bangsa, yaitu: ciri fisik, bahasa, adapt istiadat, dan kesenian yang sama.
Contoh ciri fisik : warna kulit, rambut, wajah, dan bentuk badan.
Ada 2 teori yang menyatakan asal mula nenek moyang bangsa
Indonesia, yaitu berasal dari daratan Cina Selatan, suku bangsa Yunan dan
berasal dari Nusantara (dari berasal dari luar tapi berkembang dari Indonesia
sendiri)
A.
Penduduk Indonesia berasal dari
daratan Cina selatan, Suku bangsa Yunan. Menurut teori pertama ini Suku bangsa
Yunan dating ke Indonesia secara bergelombang. Ada 2 gelombang terpenting
antara lain:
1.
Gelombang pertama terjadi sekitar
3.000 tahun yang lalu. Mereka dikenal sebagai rumpun bangsa Proto
Melayu (Melayu Tua), mereka bermukim di daerah pantai. Termasuk dalam
Melayu Tua adalah suku bangsa Batak di Sumatra, Dayak di Kalimantan, dan Toraja
di Sulawesi.
2.
Gelombang kedua terjadi sekitar
2.000 tahun yang lalu, disebut Deutero Melayu (penduduk Melayu Muda),
mereka mendesak Melayu Tua ke pedalaman Nusantara. Termasuk bangsa Melayu Muda
adalah Suku Bangsa Jawa, Minang-Kabau, Bali, Makassar, Bugis, dan Sunda.
B.
Menurut teori “Nusantara” penduduk
Indonesia tidak berasal dari luar. Teori ini didukung banyak ahli, seperti J.
Crawfurd, K. Himly, Sutan Takdir Alisjahbana, dan Gorys Keraf .
Keanekaragaman suku bangsa di
Indonesia antara lain disebabkan oleh:
1.
Perbedaan Ras Asal
2.
Perbedaan Lingkungan Geografis
3.
Perbedaan Latar Belakang Sejarah
4.
Perkembangan Daerah
5.
Perbedaan Agama atau Kepercayaan, dan
6.
Kemampuan Adaptasi atau Menyesuaikan
Diri
Cara kita menghormati keragaman suku
bangsa antara lain:
a)
Menerima suku-suku bangsa lain dalam
pergaulan sehari-hari
b)
Menambah pengetahuan kita tentang
suku-suku lain
c)
Tidak menjelek-jelekan, menghina ,
dan merendahkan suku-suku bangsa lain.
Mengapa kita harus menghormati keragaman suku bangsa? kalau
kita tidak menhormati keanekaragaman suku bangsa, tidak akan tercipta kedamaian
dalam hidup bersama, serta kita tidak akan menjadi bangsa yang kuat.
POTENSI KONFLIK
PENDAHULUAN
Masyarakat
adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi. Dalam interaksinya, manusia
sering dihadapkan pada situasi konflik ( pertentangan / pertikaian). Munculnya
konflik sosial tidak terjadi dengan sendirinya dan tidak sesederhana yang bisa
kita bayangkan. Banyak faktor yang dapat dikaji mengapa konflik tersebut muncul
dipermukaan.
Pada
umumnya konflik merupakan suatu gejala sosial yang sering muncul dalam
kehidupan bermasyarakat. Dalam sejarah Indonesiapun seringkali diwarnai dengan berbagai
konflik, baik konflik yang terjadi antara bangsa Indonesia dengan para
penjajah, maupun konflik yang terjadi diantara bangsa ini.
PEMBAHASAN
1.
Memahami
Konflik
·
Masyarakat memiliki perspektif atau
pandangan yang berbeda tentang hidup dan maslahnya
·
Individu masing-masing punya sejarah
dan karakter yang unik
·
Individu dilahirkan sebagai
laki-laki atau perempuan
·
Individu dilahirkan dalam suatu cara
hidup yang berbeda
·
Individu
masing-masing memiliki nilai-nilai yang memndau perilaku dan pikiran
2.
Pengertian
konflik
Konflik
berasal dari kata kerja latin configure, yang berarti saling memukul, yang
dimaksud dengan konflik sosial adalah salah satu bentuk interaksi sosial antara
satu pihak dengan pihak lain didalam masyarakat yang ditandai dengan adanya
sikap saling mengancam, menekan, hingga saling menghancurkan. Konflik sosial
sesungguhnya merupakan suatu proses bertemunya dua pihak atau lebih yang
mempunnyai kepentingan yang relative sama terhadap hal yang sifatnya terbatas.
Dengan demikian, terjadilah persaingan hingga menimbulkan suatu
benturan-benturan fisik baik dalam skala kecil maupun dalam skala besar.
Berikut ini beberapa pendapat ahli tentang pengertia konflik :
·
Berstein: suatu pertentangan,
perbedaan yang tidak dapat dicegah.
·
Dr. Robert MZ. Lawang: perjuangan
untuk memperoleh nilai, status, kekuasaan, dimana tujuan dari mereka yang
berkonflik, tidak hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga menundukkan
saingannya.
·
Drs. Ariyono Suyono: proses atau
keadaan dimana dua pihak berusaha menggagalkan tercapainya tujuan masing-masing
akibat adanya perbedaan pendapat ataupun tuntutan dari masing-masing pihak.
·
James W. Vander Zanden: suatu
pertentangan mengenai nilai atau tuntutan hak atas kekayaan, kekuasaan, status,
atau wilayah yang bertujuan untuk menyisihkan lawan.
·
Soerjono Seokanto: proses memenuhi
tujuan dengan cara menentang pihak lawan disertai ancaman/ kekerasan.
·
Kamus Besar Bahasa Indonesia:
percecokan, perselisihan atau pertentangan
·
Sosiologis: proses antara 2 /lebih
orang yang berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkan atau
membuat tidak berdaya.
3.
Faktor-Faktor
Penyebab Konflik
Konflik
merupakan sebuah proses interaksi sosial manusia untuk mencapai tujuan dan
cota-citanya. Oleh sebab itu, konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan-perbedaan
sosial diantara individu yang terlibat dalam suatu interaksi sosial.
a)
Faktor-Faktor
Penyebab Konflik Secara Umum :
- Perbedaan Individu
Merupakan perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, pendapat
atau ide yang berkaitan dengan harga diri, kebanggaan dan identitas seseorang.
Perbedaan kebiasaan dan perasaan yang dapat menimbulkan kebencian dan amarah
sebagai awal timbulnya konflik. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di
lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada
yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
- Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan
Kepribadian seseorang dibentuk dalam lingkungan keluarga dan
masyarakat. Tidak semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial
yang sama. Apa yang dianggap baik oleh suatu masyarakat belum tentu sama dengan
apa yang dianggap baik oleh masyarakat. Misalnya orang jawa dengan orang papua
yang memiliki budaya berbeda, jelas akan membedakan pola pikir dan kepribadian
yang berbeda pula. Jika hal ini tak ada suatu hal yang dapat mempersatukan,
akan berakibat timbulnya konflik.
- Perbedaan Kepentingan
Setiap individu atau keompok seringkali memiliki kepentingan
yang berbeda dengan individu atau kelompok lainnya. semua itu bergantung dari
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Perbedaan kepentingan ini menyangkut kepentingan
ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Misalnya seseorang pengusaha menghendaki
adanya penghematan dalam biaya suatu produksi sehingga terpaksa harus melakukan
rasionalisasi pegawai. Namun, para pegawai yang terkena rasionalisasi merasa
hak-haknya diabaikan sehingga perbedaan kepentingan tersebut menimbulkan suatu
konflik. Misalnya mengenai masalah pemanfaatan hutan. Para pecinta alam
menganggap hutan sebagai bagian dari lingkungan hidup manusia dan habitat dari
flora dan fauna. Sedangkan bagi para petani hutan dapat menghambat
tumbuhnya jumlah areal persawahan atau perkebunan. Bagi para pengusaha
kayu tentu ini menjadi komoditas yang menguntungkan. Dari kasus ini ada pihak –
pihak yang memiliki kepentingan yang saling bertentangan, sehingga dapat
berakibat timbulnya konflik.
- Perubahan Sosial
Perubahan sosial dalam sebuah masyarakat yang terjadi
terlalu cepat dapat mengganggu keseimbangan sistem nilai dan norma yang berlaku
dalam masyarakat tersebut. Konflik dapat terjadi karena adanya ketidaksesuaian
antara harapan individu atau masyarakat dengan kenyataan sosial yang timbul
akibat perubahan itu. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses
industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai
lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat
berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.
Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan
berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis
pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang
disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah
menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung
tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan
istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat
atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat,
bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena
dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
b)
Faktor-Faktor
Penyebab Konflik di Indonesia
Dalam
masyarakat Indonesia yang multikultur rawan terhadap terjadinya suatu konflik
sosial, karena secara garis besar struktur sosial masyarakat Indonesia terbagi
kedalam berbagai suku bangsa, agama, maupun golongan yang beragam.
Menurut
J. Ranjabar hal-hal yang dapat menjadi penyebab terjadinya konflik pada
masyarakat Indoenesia adalah sebagai berikut :
·
Apabila terjadi dominasi suatu
kelompok terhadap kelompok lain, contohnya adalah konflik yang terjadi di Aceh
dan Papua.
·
Terdapat persaingan dalam
mendapatkan mata pencaharian hidup antara kelompok yang berlainan suku bangsa.
Contohnya konflik yang terjadi di Sambas.
·
Terjadi
pemaksaan unsur-unsur kebudayaan dari warga sebuah suku terhadap warga suku
bangsa lain. Contohnya konflik yang terjadi di Sampit.
·
Terdapat potensi konflik yang
terpendam, yang telah bermusuhan secara adat. Contohnya konflik antar suku di
pedalaman Papua.
PENUTUP
KESIMPULAN :
Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “buddhayah”
yang merupakan bentuk jamak dari ‘buddhi” (budi atau akal). Kebudayaan
diartikan sebagai hal –hal yang berkaitan dengan budi dan akal. Sedang dalam
bahasa Inggris, kebudayaan dikenal dengan istilah culture yang berasal dari
bahasa Latin “colere”, yaitu mengolah, mengerjakan tanah, membalik tanah atau
diartikan bertani.
Konflik berasal dari kata kerja latin configure, yang
berarti saling memukul, yang dimaksud dengan konflik sosial adalah salah satu
bentuk interaksi sosial antara satu pihak dengan pihak lain didalam masyarakat
yang ditandai dengan adanya sikap saling mengancam, menekan, hingga saling
menghancurkan. Konflik sosial sesungguhnya merupakan suatu proses bertemunya
dua pihak atau lebih yang mempunnyai kepentingan yang relative sama terhadap
hal yang sifatnya terbatas. Dengan demikian, terjadilah persaingan hingga
menimbulkan suatu benturan-benturan fisik baik dalam skala kecil maupun dalam
skala besar.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar