Pengertian Penalaran Induktif
Metode penalaran induktif adalah adalah suatu penalaran yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.
Ada 3 jenis penalaran induksi, yaitu :
1.
Generalisasi
Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomenal individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena. Generalisasi juga dapat dikatakan sebagai pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala, yang dimulai dengan peristiwa – peristiwa khusus untuk mengambil kesimpulan secara umum.
Contoh:
Ade adalah tentara yang
mempunyai tubuh gagah
Bari adalah tentara yang
mempunyai tubuh gagah
Generalisasi: semua tentara
mempunyai tubuh gagah
Jenis-jenis penalaran induktif adalah :
1) Generalisasi Sempurna adalah
generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki
semua,
Contoh:
Semua bulan masehi mempunyai hari
tidak lebih dari 31 hari.
2) Generalisasi tidak sempurna adalah merupakan
generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki
diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh:
Setelah kita menyelidiki sebagian
bangsa Indonesia adalah menusia yang suka bergotong-royong.
Generalisasi juga bisa dibedakan
dari segi bentuknya ada 2, (Gorys Keraf, 1994 : 44-45)
1) Loncatan Induktif
Generalisasi
yang bersifat loncatan induktif tetap bertolak dari beberapa fakta, namun fakta
yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada. Fakta-fakta
tersebut atau proposisi yang digunakan itu kemudian dianggap sudah mewakili
seluruh persoalan yang diajukan.
Contoh :
Sisa suka berenang.Deni juga suka berenang.Reni suka main bola.Teti suka main
bulutangkis.Dapat disimpulkan bahwa anak-anak komplek bahari suka olahraga.
2) Tanpa Loncatan Induktif
Sebuah
generalisasi bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan menyakinkan,
sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali. Misalnya, untuk
menyelidiki bagaimana sifat-sifat orang Indonesia pada umumnya, diperlukan
ratusan fenomena untuk menyimpulkannya.
Contoh: Rika
suka bermain bola basket.Rino juga suka bermain bola basket.Tino suka bermain
sepak bola.Jadi dapat disimpulkan ke tiga anak tersebut menyukai permainan
bola.
2. Analogi
Analogi
yaitu proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya
kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan. Kesimpulan yang
diambil dengan analogi, yaitu kesimpulan dari pendapat khusus dengan beberapa
pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan kondisinya.
Tujuan Analogi
:
·
Meramalkan
kesamaan
·
Menyingkap
kekeliruan
·
Menyusun
sebuah klasifikasi
Contoh :
Kita banyak tertarik dengan planet Mars, karena banyak persamaannya dengan bumi kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata surya yang sama. Mars mempunyai atsmosfir seperti Bumi. Temperaturnya hampir sama dengan Bumi. Unsur air dan oksigennya juga ada. Caranya mengelilingi matahari menyebabkan pula timbulanya musim seperti di Bumi. Jika di Bumi ada makhluk. Tidaklah mungkin ada mahluk hidup di planet Mars.
Kita banyak tertarik dengan planet Mars, karena banyak persamaannya dengan bumi kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata surya yang sama. Mars mempunyai atsmosfir seperti Bumi. Temperaturnya hampir sama dengan Bumi. Unsur air dan oksigennya juga ada. Caranya mengelilingi matahari menyebabkan pula timbulanya musim seperti di Bumi. Jika di Bumi ada makhluk. Tidaklah mungkin ada mahluk hidup di planet Mars.
3. Kausal
Kausal adalah paragraph yang dimulai dengan mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada simpulan yang menjadi akibat. Serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya , merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan.
Contoh:
Pada kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.
Pada kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.
Tujuan kausal terdapat dalam
Hubungan Kausal Dapat berlangsung dalam tiga pola :
1) Sebab akibat
Sebab akibat
ini berpola A menyebabkan B. Disamping ini pola seperti ini juga dapat
menyebabkan B, C, D dan seterusnya. Jadi, efek dari suatu peristiwa yang
dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu. Dalam kaitannya dengan
hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan
simpulan penalaran. Hal ini akan terlihat pada suatu penyebab yang tidak jelas
terhadap suatu akibat yang nyata.
2) Akibat sebab
Akibat sebab
ini dapat kita lihat pada peristiwa seseorang yang pergi ke dokter. Kedokter
merupakan akibat dan sakit merupakan sebab. Jadi hampir mirip dengan entimen.
Akan tetapi dalam penalaran jenis akibat sebab ini, Peristiwa sebab merupaka
simpulan.
3) Akibat-akibat
Akibat-akibat
adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat”
langsung disimpulkan pada suatu akibat yang lain.
SUMBER
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar